Delik Viral : Belajar Dari Pengalaman Novia Widyasari.

( Tulisan ini hanya merupakan pendapat pribadi, bukan berarti saya merasa paling benar. Karena kebetulan latar belakang saya bukan bidang hukum. Tapi saya merasakan ada yang tidak tepat, terutama pada kasus delik Viral yang rame. jika ada hal yang dirasa kurang pas, silahkan tulis komentar kalian dikolom komentar)
  
  Belum lama ini kita dihebohkan oleh kasus kematian Novia Widyasari (NW) ( Mahasiswi yang berkuliah di Malang Jawa Timur). Yang diduga diperkosa oleh Bripda Randy Bagus Sasongko (RB). Dari hal tersebut saya sedikit penasaran, seperti apa kejadiannya. Saya sedikit mendapatkan info di twitter, yang pada saat itu viral dengan (tagar) #SaveNoviaWidyasari. 

    Hal ini menyita perhatian saya,karena yang memperkosa adalah seorang oknum polisi. Berita yang beredar di twitter adalah, NW diajak ke hotel dan dipaksa meminum obat bius oleh bripda RB. Spontan response saya adalah "Hah? kok NW diajak ke hotel oleh pemerkosanya?" Tapi saya menyadari bahwa saya baru membaca sepenggal kalimat. Bahkan baru membaca awal dari kalimat ini. Jadi menurut saya terlalu dini untuk menyimpulkan.

    Rasa penasaran saya berdansa, saya ingin berdansa dengan kalimat berikutnya dari berita tersebut. Kemudian dijelaskan bahwa dari tindakan pemerkosaan itu NW hamil. Mengetahui hal tersebut pacar beserta keluarganya meminta NW untuk mengugurkan kandungannya. Setelah ditelusuri lebih dalam pacarnya adalah Bripda RB sendiri. 

    Dari info bahwa Bripda RB adalah pacarnya sendiri membuka tabir misteri, mengapa NW mau diajak ke hotel oleh pemerkosanya. Karena sebelumnya saya sedikit bingung dengan hal tersebut. Soalnya jika tidak ada status pasangan dan seorang perempuan baik-baik diajak ke hotel dan " mau dengan begitu saja" ada dua kemungkinan. Si perempuan ditodong pistol (didominasi oleh bripda RB) atau perempuan tersebut melakukan praktek prostitusi.

    Tapi penjelasan bahwa NW dan RB memiliki hubungan pacaran membantah kedua kecurigaan tersebut. Pertanyaan berikutnya adalah " Mengapa RB memperkosa NW?" Tidak bisa dipungkiri, hubungan sex diluar nikah menjadi hal yang sering terjadi dalam hubungan berpacaran. Menurut saya RB seharusnya tanpa harus memperkosa RB dapat meminta dengan baik kepada NW. Dan RB sebagai orang yang bekerja di instansi hukum, harusnya menyadari hal ini. Bahwa Pemerkosaan akan menghadiahi dia hukuman yang tidak setimpal dengan kenikmatan yang dirasakan. Akan tetapi semua hal bisa terjadi.

    Asumsi saya jika RB sampai akhirnya memperkosa NW adalah karena NW tidak mau melakukan hubungan sex dengan NW karena berbagai alasan. Akhirnya RB melakukan dominasi terhadap NW (memaksakan keinginannya) untuk melakukan hubungan sex. ( Manurut saya hal ini bisa terjadi jika NW memang punya komitmen untuk tidak melakukan hubungan sex diluar nikah, Jika NW tidak punya komitmen itu, atau karena mood yang lagi jelek, pelaku SEHARUSNYA sebagai yang memahami hukum, akan memilih bersabar dan menunggu hari "keberuntungan" di kemudian hari.) Alasan lainnya, RB memliki kecenderungan prilaku Psikopat, yang memang senang memperkosa pasangannya.  

    Akhirnya muncul berita bahwa NW dan RB sudah pernah melakukan hubungan sex beberapa kali dan pernah melakukan tindakan aborsi. Artinya ini adalah kehamilan kedua (yang diketahui oleh publik). Dari info tersebut diketahui bahwa RB sedikit terlepas dari tuduhan pemerkosaan, karena mereka telah melakukan hubungan sex beberapa kali, dan dilandasi perasaan suka sama suka (itulah mengapa NW dengan tanpa kekerasan mau diajak ke hotel). Dan hal ini juga bisa sangat membantah pendapat super hero kesiangan di media sosial. Bahwa tindakan pemerkosaan hanya didasari oleh nafsu. Kalau hanya didasari oleh nafsu, RB bisa dengan mudah meminta kepada NW. Selalu saya berpendapat dengan keyakinan penuh, bahwa pemerkosaan itu terjadi karena nafsu dan kemungkinan besar untuk mendominasi pasangannya. Karena tanpa dominasi, kemungkinan tindakan keji pelaku bisa segera dilaporkan. dan pelaku tidak menginginkan itu.

    Walaupun ada perasaan suka sama suka, bukan berarti RB tidak berpotensi melakukan tindakan pemerkosaan. Karena NW dihamilinya beberapa kali, artinya ada indikasi RB melakukannya dengan sengaja. Tapi RB akan terkena tuduhan pemerkosaan JIKA , NW mengaku bahwa dia dipaksa, tidak punya daya untuk menolak. atau ada bukti tindakan kekerasan. Hanya saja jawaban itu sudah dibawa ke alam kubur oleh NW, dan pihak keluarga tidak merestui polisi untuk melakukan autopsi , karena dari tindakan investigasi tersebut dapat ditemukan apakah ada bukti tindakan kekerasan/ ada kandungan obat bius di dalam tubuh NW (walaupun saya tidak tahu apakah kandungan obat bius masih bisa di deteksi jika kasusnya sudah berlalu beberapa hari). Dengan penolakan keluarga, untuk meng autopsi NW, dapat diartikan kesulitan untuk membuktikan kebenaran. Dan kemungkinan RB hanya dijatuhi hukuman yang hanya untuk "menenangkan" masyarakat.

    Dan benar saja RB dijadikan tersangka, karena keterlibatannya terhadap tindak praktek aborsi, (sumber Jawa Pos "Kasus Novia Widyasari Bunuh Diri, Polisi tak temukan Unsur Pemerkosaan.)  yang dengan segala kerendahan hati ,jika NW masih hidup maka dia juga dapat terjerat menjadi tersangka tindakan aborsi. Dalam hal ini polisi sudah melakukan tugasnya dengan baik, sesuai prosedur. 👍 (jika berkenan, silahkan yang punya pengetahuan lebih tentang hukum bisa memberikan tambahan.)

    Nah tapi pertanyaan berikutnya adalah " Kenapa RB beberapa kali menghamili NW?" dan kenapa "NW beberapa kali menjadi korban RB?" Saya melihat ada pattern tidak sehat dalam kehidupan sosial kita. Mungkin  ini akan saya bahas pada tulisan lainnya.

    Dari kasus ini, sebenarnya saya tidak punya maksud menghakimi atau membuka luka lama. Tapi yang ingin saya kritisi adalah reaksi kita menanggapi delik viral. Bagaimana kita berkomentar seenak perut. tanpa mencari info secara menyeluruh. Menuntut jangan menyalahkan korban. tapi menyerukan just educate your Son. Seolah-olah menjadi anak laki laki adalah terlahir sebagai predator yang harus dijinakkan. yang jika ditelusuri lebih dalam, kasus ini adalah problem pasangan yang menjalin hubungan tidak sehat. Yang sesungguhnya keduanya tidak mendapatkan edukasi bagamana cara menjalin hubungan yang baik. Tapi kita secara urak-urakan menuntut orang tua mengedukasi anak laki-laki. yang mungkin sedang main bola, atau main Mobile legend

    Mengapa tidak mengeducate semua gender, tentang bagaimana menanggulangi permasalahan sosial ini. kenapa hanya mengeducate salah satu gender, apa bedanya yang menyerukan educate your son, dengan yang berkomentar tentang cara berpakaian perempuan.

    Lalu jika memang mengaharapkan kesetraan gender, mengapa tidak melibatkan perempuan dalam edukasi mengantisipasi tindak kekerasan sexual. Pendapat just educate your son ini tidak akan menurunkan tingkat kekerasan sexual. dan memang jika perempuan hanya menuntut gender equality, tanpa mau terlibat pada gender responsibility. Maka pintu dapur selalu terbuka untukmu. 

     Entah kenapa, ketika ada kasus pemerkosaan yang mencuat di permukaan, pendapat masayarak menjadi dikotomis secara gender. Jadi rumit, seolah oleh ketika mengkomentari korban, bisa berujung pada menyalahkan korban. Dengan statment jangan salahkan korban, tapi salahkan si laki-lakinya yang tidak bisa menahan nafsu. Saya rasa semua orang akan sepakat, bahwa pelaku yang salah dan jahat.

    Tapi jika kita melihat dan mau belajar pada kasus penculikan anak. disana kita bisa bersepakat bahwa yang harus di edukasi untuk menghindari penculikan anak adalah anak itu sendiri. Lalu orang tua dari anak tersebut, dan juga gurunya. Kenapa kok tidak ada yang ngmong jangan salahkan anak (korban) tapi educate the Kidnaper?? Kenapa??? Kita semua tau kita bukan peramal yang bisa mengetahui, oh ini penculik anak, dan yang ini bukan. kenapa logika seperti ini tidak terjadi pada kasus pemerkosaan.

Dengan singkat saya dapat menjawab, bahwa konteks gender saat ini sudah sangat mengandung pandangan politis. : (



Komentar

Postingan Populer