Surat Terbuka Kepada Tuan Corona Oleh Maskuito

Hari ini mama Ndut masak sayur bayam, biasanya kalau kita sibuk dengan pekerjaan kita masing-masing. Sayur itu akan tetap utuh, tapi dimasa seperti ini, jangankan batang sayurnya, kuah saja tinggal sedikit. sambil mengumpat pada seisi rumah, saya hirup kuah tersebut.

Di sisi kehidupan lain, ada pasangan muda yang membantu anaknya mengerjakan tugas video sekolah tentang cara memasak. Beberapa kali anaknya mencuil adonan makanan. Karena memang adonan makanan itu begitu menggoda, dan saya yakin setelah matang masakannya, mereka berpesta.

Ada adik dan kakak yang bekerja sama membeli bahan-bahan makanan untuk dimasak bersama, mereka mebuat bola coklat. Aku tidak mungkin terbebas dari bola coklat tersebut dan senyum kakak yang menawari. 

IHSG sedikit demi sedikit beranjak dari kejatuhanya, para pekerja yang mempersiapkan dana pensiun dari keuntungan saham mulai menempatkan senyum dibibirnya. Perusahaan asuransi juga mulai bergembira, dan makin optimis dapat membayarkan klaim nasabah.

Seorang anak tetap bertahan, walaupun keinginannya mudik sungguh kuat. Dia tidak mau virus keparat tersebut menjadikannya dirinya inang, untuk melaksanakan invasi di Bumi. Walau berat rindu ini kepada orang tuanya di kampung. 

Mulai banyak yang menjadi Relawan untuk membasmi anda Tuan, mereka akan gagah berani mnghadapi anda yang bahkan mata telanjang kami harus menggunakan baju untuk melihat anda.

Teman teman saya sudah membuang anda dari project filsafatnya, mereka tidak lagi mengeluarkan statment bahwa kalau mati ya mati saja. Mereka sekarang lebih menghargai hidup, dan jika harus mati, karena perjuangan melawan anda.

Semua manusia di Bumi akan merindukan moment ini, tapi tidak dengan anda tuan Corona, anda sudah kalah.