Cerpen : PUTRI DAN PATRIAKI II (21+) - oleh Makuito



                Hari-hari telah berganti, tapi yang terjadi hari itu seperti hari biasa. Matahari dengan kehangatannya. Bunga-bunga yang semakin harum dan berkembang. Terkadang basah karena hujan, jalanan yang membiarkan wangi hujan. Seperti itulah hari-hari yang dilalui Putri. Tapi pangeran tampan tidak kunjung datang. Padahal Putri sudah menunggunya setiap minggu, bulan dan setiap hembusan nafas.
                Kadang saking bosannya, Putri sampai tertidur ketika menunggu pangeran tampan di projek esperimennya, Menemukan cinta sejati. Dia tidur pulas hingga di dalam pejammnya, makin gelap yang dia lihat. Menandakan kalau malam telah datang dan saatnya, ia pindah ke kamarnya.
“Si tampan tak pernah datang lagi, sungguh meyebalkan.”
“tapi hingga disuatu kamis Yen, aku ingat sekali kalau itu hari kamis, aku tertidur lagi dalam penantian.”
“akan tetapi, waktu itu tidurku terganggu, aku gelisah. Yang tadi lelap menjadi sedikit terjaga”
“kucoba membuka mata, ternyata pria tampan itu sedang menggerayangi tetek aku Yen, dia meremas remas gunung itu. Sambil mengulum putingku, dengan lidah merah yang basah.”
“sungguh muncul perasaan yang sangat jijik yang sulit didefinisikan. Seperti kamu ingin melepaskan roh kamu dari tubuh yang telah dijilati bajingan itu.”
“Seperti kamu tidak minat lagi dengan tubuh kamu, seperti ketika kamu berebutan permen lolipop dengan temanmu. Dan untuk membuat kamu menyerah. Temanmu menjilati permen tersebut. hingga hilang minatmu terhadap permen tersebut”
                Yeni mengkerutkan dahi, merasakan kejijian yang sama dengan putri, tubuhnya bergetar. Bulu kuduk berdiri. Mungkin hal itu akan berbeda ketika dilakukan dengan pria yang kita cintai. Tapi ketika, dengan pria yang asing akan menjadi kisah yang berbeda.
“tapi aku terdiam Yen, aku shock. Padahal dalam diri aku berteriak, hingga kuping aku seperti merasakan teriakannya. Tanpa sadar aku menutup kuping”
“lelaki itu melihat aku, dan kamu tau apa yang keluar dari mulutnya Yen?”
                Yeni terkejut tetiba dilemparkan sebuah pertanyaan. Seperti dia harus menangkap bola ketika dia tidak siap. Yeni terkejut seketika, rasanya kepala Yeni baru terbentur bola yang dilemparkn kepadanya ketika dia tidak siap untuk menangkapnya. Yeni hanya menggeleng dan sedikit terperanjak dari tempat duduknya.
“dia hanya berkata, eh sudah bangun sambil masih meremas gumpalan daging milik aku. Bukannya berhenti tapi dia malah makin melancarkan serangan jarinya ke pusarku, jari itu berjalan halus dan cukup cepat menuju pangkal paha. Dia mulai memasukan jarinya kedalam sempak yang aku kenakan.”
“basah.” Kikiknya dalam senyum keparat.
“tapi aku malah terpejam, dan mencoba semakin mebenarkan posisi duduk aku setelah dari posisi terbaring, sunggu aneh kemampuan bertahan manusia perempuan. Terutama aku, bukan memukul atau apa. Tapi aku malah terpejam. Sambil coba menjauhkan tangan dia dari kemaluanku Yen. Akupun memekik tidak jelas.”
“Enak khan?” jarinya semakin kencang menari di kacang kemaluan putri
Lengan Putri mendekap ke sisi-sisi tubuhnya, tangannya mengepal, melepaskan tangan si Pria tersebut. gengaman putri sangat kencang. Hingga kuku-kukunya melukai telapak tangannya. Giginya menggeram, hingga jika ada potongan daging yang terselip diantara giginya pasti akan terputus. Lelaki itu mengeluarkan tangan kirinya yang tadi berpetualang diantara pangkal paha Putri. Sekarang tangan brengsek itu membuka ikat pinggang yang melingkari perut. Dilepasnya kancing celana miliknya, dan dengan susah payah ia membuka ritsleting celana hanya dengan satu tangan, karena tangan lainnya masih meremas dada Putri, dan mulut kuncup pria tersebut sedang menghisap puting perempuan tersebut.
Batang kemaluan pria itu sekarang terbebas dari habitatnya, burungnya berdiri seperti menantang langit. Siap digunakan, batang itu berwarna gelap. Semua pigmen berkumpul di daging keras itu. Baru kali ini putri benar-benar melihat bentuk aslinya secara langsung. Biasanya dia meihat dari majalah-majalah dewasa yang dijual dipasar loak pada jaman SMA. Dia beli dengan diam-diam, takut kedua orang taunya tau. Bahkan dia menyembunyikannya dari teman-temannya. Karena takut dikira cewek gampangan. Setelah kuliah dia baru menyadari, bodohnya dia menyembunyikan hal itu dari teman-temannya. Kenapa perempuan tidak boleh mencari tahu tentang alat kelamin? Kenapa ketika perempuan yang memiliki majalah dewasa dikira murahan, sedangkan ketika lelaki yang punya, dianggap wajar? Kenapa perempuan sulit untuk mengekspresikan fantasi sex-nya?
Tapi hari ini dia bener-benar panik, burung lelaki itu siap menjelajahi liang vaginannya. Diseperkian detik putri mencoba menenangkan diri, dan mencoba mengumpulkan keberanian untuk berteriak. Lelaki itu sudah menindih badan Putri, kepala burungnya sudah bergesekan dengan memek basah Putri.
                Satu tarikan nafas putri berteriak” TOLONG!!” karena rasa kepala burung yang menempel di bibir kemaluannya sungguh tidak terasa nyaman. Sungguh hal itu sungguh mengerikan, sunguh tidak nikmat sama sekali. Ada batang hangat, yang mengeliat liar ingin memaksa masuk. Ada sensasi merinding yang sangat mengerikan. Pria itu kaget ketika Putri berteriak, dia memekik kecil, lalu menampar pipi Putri, dan sekarang dia menyumpal mulut putri dengan tangannya. Tangan satunya lagi aktif mencari kain yang dapat menggantikan posisi tangan yang sedang menyumpal mulut putri.
                Disaat lengah, putri menyikut dada pria tersebut, pria itu agak terpental dan dengan segera mengelus dadanya. Berharap sakit itu segera hilang. Putri berteriak kembali “TOLONG”  dengan panik lelaki itu kembali menyergap tubuh Putri. Tak berselang beberapa lama, ada kaki berderap menuruni tangga. Ternyata itu pembantu Putri, dia menjambak lelaki itu sekuat tenaga. Kepala lekaki itu mendangak karena rambutnya ditarik.
                Pria itu melompat kecil ke arah pembantu Putri, untuk mengurangi nyeri yang diderita. Langsung diputar badannya. Dia merangkul tubuh pembantu tersebut, dan membenturkan kepalanya ke dinding kaca. Seketika dinding kaca itu pecah. Kepala pembatunya juga, sobek dan pecah. Darah segar mengalir membasahi ruang itu, nyawa pembantu tidak terselamatkan. Meliat kejadian itu Putri menyadari, nasib dia bisa sama seperti pembantunya. Dengan segera mata Putri berkeliling, mencari apa yang bisa menjadi senjata.
                Diambilnya pecahan kaca, berbentuk segitiga. Beberapa serpihan melukai tangan Putri, tapi dia berusaha menahan perihnya. Dengan badan setengah bugil, Putri menerjang lelaki tersebut yang masih setengah terbangun ketika membanting pembantu rumah itu ke kaca. Ditusuknya pecahan kaca itu ke sisi kanan leher lelaki tersebut, yang menyembul urat, karena dia tahu kalau urat itu putus, maka kematian akan lebih cepat menjemput jiwa iblis itu.
                Lelaki itu tersiksa, berusaha kesakitan. Tapi dalam seketika ia mati rasa. Udara dingin dengan cepat menjalar ketubuhnya. Apalagi di leher,sangatlah dingin diarea itu. Rasanya seperti tidak memiliki leher sama sekali. Dalam usaha terakhirnya, pria itu mecoba bangkit dari lututnya. Putri ketakutan dan menjauh dari tubuh keparat itu, tak berapa lama pria itu terjatuh. Sekarang dia menyandang gelar almarhum.
                Psikis putri dengan seketika terganggu, mudah bagi dia menghina laki-laki. Merendahkahkan mereka kaum adam yang merendahkan perempuan. Tapi membunuh seseorang adalah cerita lain. Darah yang membanjiri tangan putri memaksa air mata keluar. Tubuhnya bergetar kencang, tangan Putri seperti terguncang gempa hebat. Otaknya seperti berpikir banyak, tapi tiada yang imagi yang jelas disana. Mulutnya menganga, tersedak sedak, ingus yang keluar dari hidungnya, tak elak masuk ke mulut Putri.
                Tapi itu bukan masalah besar, dia baru saja membunuh orang. Walaupun yang dibunuhnya merupakan bajingan. Tapi sungguh membunuh bukanlah tindakan yang akan dipikirkan Putri. Putri berusaha tenang, tapi semakin dia berusaha, semakin kacau dirinya. Tak berapa lama orang-orang sekitar mulai berdatangan. Karena mendengarkan keributan. Ada 3 orang yang datang pertama. Dua orang lelaki dan satu orang perempuan. Mereka mencoba bertanya kepada Putri. Akan tetapi Putri tak sanggup berkata-kata.
                Salah satu dari mereka berinisiatif menelepon polisi, dan yang perempuan mencari selimut untuk menutupi, toket Putri yang dari tadi bergelayutan bebas tanpa perlindungan. Sekitar sejam kemudian polisi datang menggunakan mobil, dan segera menagangkut Putri, dan mengajak salah satu dari orang sekitar yang datang pertama kali, sebagai saksi mata.
                Ketika menaiki mobil polisi, dengan tatapan kosong. Putri membenarkan pakaiannya. Kemudian dia naik ke mobil polisi dengan energi yang tersisa. Polisi mulai memperhatikan Putri ketika di dalam mobil. Mereka mulai mengintrograsinya. Tetapi putri malah menangis, karena dia takut, bagaimana mungkin sekarang dia duduk di dalam mobil polisi? Sungguh hal itu sangat menyeramkan, Putri besar di keluarga baik-baik, masalah dengan hukum adalah hal yang selalu dihindari oleh keluarganya. Sehinga Putri tidak siap menghadapi kondisi seperti sekarang. 

BERSAMBUNG

Komentar

Postingan Populer