Berita Baik Tentang Virus Corona di Indonesia, dimasa depan. Oleh Maskuito
Kemarin saya pulang sangat larut, sehingga saya tidak kontak
dengan siapapun selain lampu jalanan.
Di tengah jalan saya melihat dua pak Ogah yang biasanya
mengatur jalanan di pertigaan, Bintaro sektor tiga. Mereka duduk di dekat
warung, melepaskan lelah sambil bersenandung lagu hits Indonesia. Mereka duduk
berjauhan, karena mereka saling menyayangi walaupun selalu bersaing jumlah
pendapatan, dari hasil jasa mengatur lalu lintas.
Mama Ndut jam 4 pagi dapat berbelanja sayur dengan aman,
karena jam 4 pagi corona belum bangun. Serta
karena kesadaran tinggi tukan sayur disini, dia mendisplay sayurnya berjauhan. Agar
pembelinya tidak melakukan kontak fisik. Karena dia tahu, kalau pembelinya sakit
siapa yang akan membeli barang dagangannya.
Warga di negri ini juga semuanya nurut dengan komando pemerintah
untuk memperbanyak di rumah. Tidak terpikir sama sekali dalam benaknya untuk
berlibur ketempat umum.
Presiden Jokowi dan pak Anis baswedan sama-sama berjuang
untuk mensegerakan tes corona masal. Melihat kondisi ini para pendukung dari kedua
kubu kini bersatu.
Masyarakat mulai melihat berita tanpa menaruh asumsi, karena
mereka sekarang tahu. Berita itu hanya kalimat yang diakhri tanda titik, bukan
kalimat yang diakhiri prasangka buruk.
Perusahaan ojek online, melakukan riset untuk menciptakan
jaket yang dapat melindungi rekannya dari virus corona, yang ada di jalan. Jadi rekan
mereka tidak takut untuk bekerja, bahkan paten jaket ini langsung dibeli
Pemerintah. Agar bisa dimiliki masyarakat secara luas.
Para pemuka agama sepakat untuk tidak melakukan ibadah, karena
ingat nabi selalu berpesan bahwa agama itu untuk manusia, bukan manusia untuk
agama.
Tentu umat mengikuti pemimpinnya, dan saling menguatkan satu
dengan yang lainnya, malah karena memiliki waktu relatif banyak di rumah. Yang Muslim
jadi rajin berzikir, yang nasrani rajin rosario, yang hindu jadi sering membaca
mantra, yang budha rajin mati raga.
Orang kaya tetap panik dalam berbelanja, dia memborong semua
masker. Memborong pembersih tangan, tisu antiseptik, memborong mie instan. Untuk
kemudian dibagikan ke orang-orang yang kurang mampu. Karena mereka akan lebih
panik jika jakarta pecah kerusuhan, dan tentu saja percuma jika mereka sehat
sedangkan lainnnya sakit.
Dan aku tetap terus bertahan, untuk tidak menyentuh pipimu. Walau
rona merah itu sangat mengganggu. Tapi semua ini akan berakhir kekasih, dan
tetaplah menebar senyum. Karena itu dapat meningkatkan imun, selfilah
sebanyak-banyaknya. Hingga aku tak perlu lagi alasan, untuk bertahan.
Bagitulah negri ini, penuh senyuman, penuh puisi, dan penuh
dengan kasih.
(di dalam imajinasi tidak ada Hoax, dan kekuatan pikiran adalah kaharusan.)
(di dalam imajinasi tidak ada Hoax, dan kekuatan pikiran adalah kaharusan.)
Komentar
Posting Komentar