Hubungan
Backstreet antara Islam dan Komunis.
Review
film Tjokroaminoto, guru bangsa.
Karya Garin Nugroho
Ditulis oleh
Alexander waskito. P
Sebelum anda membaca tulisan ini,
saya beri tahu bahwa tulisan ini tidak terlalu penting untuk dibahas. Singkat cerita
tulisan ini mengandung sedikit kadar sejarah, sedikit review film, dan saya
beritahukan kembali bahwa saya bukanlah ahli sejarah, karena kebetulan gelar
sarjana saya S.Sn. Jadi jika anda memutuskan untuk melanjutkan membaca tulisan
ini, janganlah anda menyesal. Tapi jika anda tidak menyesal, saya jamin tulisan
ini bermanfaat buat anda. Selamat membaca.
Sering saya jumpai, adanya perang
dingin antara ajaran Islam dengan paham komunis di Indonesia. Saya menjadi
sedikit tertarik dengan konflik “diam-diam” antara kedua ajaran tersebut,
sehingga saya kumpulkan beberapa literatur tentang komunis, serta saya juga
mempelajari tentang ajaran Islam. Guna menemukan apakah yang menyebabkan kedua
ajaran tersebut menjadi memiliki jurang yang luas. Setelah saya mencari-cari,
tentu saja saya tidak menemukan jawaban. Karena saya tidak memiliki metode
historiogarfi yang memadahi. Analisis saya dalam bidang sejarah sangatlah
buruk, saya hanya akan percaya sejarah jika ceritanya keren dan masuk akal.
Akan tetapi Tuhan membantu saya
menemukan jawaban melalui sebuah film karya Garin Nugroho, yang berjudul
Tjokroaminoto- guru bangsa. Sebuah cerita yang menarik buat saya, karena saya
pernah membaca buku yang berjudul “Di Bawah Lentera Merah” sebuah tulisan
makalah karya Soe Hoek Gie. Dari bacaan tersebut dan film Tjokroaminoto semakin
masuk akalah, “hubugan gelap” apa yang dimiliki Islam dan Komunis?
Sebelum memulai pembahasan, saya
mencoba mengingat-ingat lagi apa itu komunis dan apa itu Islam. Pertama saya
akan membahas secara singkat tentang komunis, komunis itu, berarti bersama-sama.
Paham ini pertama kali dicetuskan oleh Karl Marx dan sahabatnya Friedrich Engels.
Dimana dalam paham ini tersimpan cita-cita untuk menghilangkan kepemilikan
pribadi, dan segala assetnya, dipegang oleh Negara, untuk akhirnya dibagika secara
merata kepada rakyat (sama rasa, sama rata). Musuh paham komunis adalah
Kapitalis yang sudah berkembang terlebih dahulu pada abad ke-19. Yang salah
satu pemikirnya disumbangkan oleh Adam Smith, dalam pemikiran ekonomi klasik.
Islam berarti damai, atau dalam
bahasa arab yang berarti menyerahkan diri kepada Tuhan yang satu, Inti dari
ajaran Islam adalah ke-tauhid-an, menyembah kepada Tuhan yang satu, yang
disebut dengan Allah- Al-Illah ( Tuhan yang patut disembah). Agama ini dibawa
oleh Nabi besar Muhammad SAW, yang lahir dalam suku Quraish. Agama Islam
bermula pada tahun 611 M, yaitu ketika Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari
malaikat Jibril pada umur yang ke 40 di gua Hira.
Islam dalam ajarannya, mengajarkan hukum yang wajib dijalankan seperti : 5 rukun syarat Islam, serta yang Sunnah,
ajarannyapun dibagi menjadi 4 tingkatan/ jalan yaitu syariat, tarekat,
hakekat, ma’rifat. Sepengetahuan saya dalam keterbatasan memori otak, syariat
adalah aturan atau hukum dalam menjaga kerukunan antara sesama muslim atau
dengan yang non muslim bahkan hingga aturan dalam menjaga hubungan dengan Tuhan
secara upacara keagamaan. Orang yahudipun juga memiliki syariat yang ketat,
bahkan lebih ketat daripada hukum Islam, padahal sepengetahuan saya bahwa hukum
syariat Islam sudah sangat banyak. Tapi ternyata hukum yahudi yang kita kenal
sebagai taurat juga lebih banyak dan lebih “ sadis”. contohnya, jika hari Sabat ( Sabaoth- Sabtu) masih berkerja dan tidak sembayang, padahal hari itu adalah hari sacral
dan seharian tiada satupun orang yang diperboleh berkerja, maka orang tersebut
dihalalkan untuk dirajam. Kemudian dalam kitab keluaran masih banyak lagi
aturan yang tertulis, salah satu yang saya ingat adalah dilarang makan binatang
laut yang tidak bersisik. Salah satu contohnya adalah belut.
Selanjutnya Tarekat, adalah metode. Metode
atau cara, cara dalam menjalankan hidup dengan ketentuan yang berlaku. Menurut saya,
tarekat ini adalah kumpulan paket-paket yang telah dijalankan oleh orang-orang
terdahulu. Misal khalifah pertama Abu bakar dengan karakter yang lemah lembut
menjalankan syariat dengan cara-cara yang lemah lembut. Kemudian Umar Bin
Khattab yang memiliki karakter tegas akan memilih cara-cara Islam yang tegas. Intinya
bahwa sesungguhnya Tuhan tidak akan merubah karakter seseorang, tapi
memperkuatnya dengan cara yang benar dan baik.
Hakikat adalah jalan, setelah
kita memiliki metode, cara, atau kendaraan. Tugas berikutnya memilih jalan yang
ingin dijalani. Missal dengan mencontoh pengikut-pengikut Tuhan terdahulu,
kekasih-Nya, /anak-Nya dsb. Kemudian bisa dimodifikasi dengan karakter dalam
diri kita sendiri. Dalam pemahaman saya yang hemat. Yesus Kristus atau Isa,
sering berada dalam kehakekatan hidup. Banyak kisah-kisah yang diceritakan
Injil, yang mengungkapkan kehakikatan Yesus. Seperti Yesus menyembuhkan orang
sakit pada hari sabat, serta memetik buah anggur dihari sabat. Tentu saja oknum-oknum ahli taurat dan orang farisi yang iri secara “politik”
akan mencari-cari kesalahan Yesus. Agar Yesus dapat dihukum mati, karena membangkang pada rabi-rabi Yahudi, dan pelanggaran akan hari Sabat adalah alasan yang bagus untuk menjatuhkan yesus.
Akan tetapi pada
saat itu dikisahkan bahwa Yesus menjawab, bahwa hari sabat itu untuk manusia
bukan manusia untuk hari sabat. Oknum-oknumpun mati gaya, dan akhirnya mereka
pergi untuk mencari kesempatan lain untuk menyingkirkan Yesus.
Marifat berarti mengenal,
mencintai sepenuh hati kepada Tuhannya. Hingga akhirnya umat dan Tuhan menjadi
Satu. Dan sesungguhnya hai kau orang-orang beriman (yang tidak beriman tidak
hai), Allah dan kekasihnya tidak berdindinng di dalam hatinya. Nah kerennya,
ketika saya sedang berdiskusi dengan guru saya tentang tingkatan ini, mari’fat
sendiri bisa menjadi tingkatan paling awal jika manusia ingin beragama. Hal ini diperkuat dengan ayat “awaludini Ma’rifatullah”
bermula awal agama adalah mengenal Allah. Jadi inti dari ma’rifat adalah kenali
dulu Allah baru beragama.
Panjangnya,.... padahal belum masuk
ke intinya. Tapi bersabarlah karena saya disini akan mencoba mengkolerasikan
antara Film Tjokroaminoto dengan agama Islam dan komunis. Sekarang waktunya
masuk dalam pembahasan film Tjokroaminoto. Menurut saya pribadi, film tersebut
adalah film yang berkelas. Dengan visualisasi yang berkualitas, serta pemahaman
sejarah yang layak diacungi jempol. Spesial efek seperti kaki yang terluka
karena ketiban pohon, lalu luka cambukan dapat tervisualisasi sangat realistis.
Kemudian batang-batang pohon yang besar-besar memang menandakan tanah nusantara
adalah tanah yang subur, gemah ripah loh jinawi. dan memang pada masa itu pohon-pohon berdiameter besar. Lalu seorang penari yang bulu ketiaknya tidak
dicukur, menandakan sebuah kepekaan detail yang bagus dari seorang Garin.
Film ini bercerita tentang
perjuangan Tjokroaminoto melawan paham kapitalis Belanda. Dengan latar
belakang pada masa itu banyak buruh yang disiksa oleh tuan-tuan tanah Belanda. Pada
masa tersebutpun SDI ( Serikat Dagang Islam) dibubarkan oleh pihak Belanda,
dengan alasan politis, bahwa agama dan perdagangan tidak boleh disatukan.
Tjokroaminoto sebagai salah satu
orang yang terdidik dan disekolahkan di Sekolah rakdjat hingga sampai
disekolahkan di Belanda, tergugah hatinya untuk tidak tinggal diam pada
penindasan yang terjadi. Beliau tahu bahwa kelemahan buruh-buruh tersebut
adalah tidak bisa membaca dan menulis, sehingga mudah untuk ditipu. Tjokroaminoto
berusaha menggunakan kecendikiawanannya untuk membantu rakyat terlepas dari
beleggu tuan-tuan tanah yang kasar kepada buruh.
Hingga akhirnya Tjokroaminoto
menggunakan kendaraan politik Serikat Dagang Islam yang dirubah menjadi Serikat
Islam, untuk menyeimbangkan kekuasaan, dengan cara sosialis dan komunis. Hah???
Bagaimana bisa Serikat Islam, berlandaskan ideology sosialis dan komunis? Dan ternyata
itu mamang benar-benar terjadi. Tjokroaminoto dengan kecerdasannya membaca
stuasi, bahwa islam dan ideology Sosialis komunis dapat bermafaat untuk
menghimpun masa khusunya buruh/ rakyat. Jika buruh dikumpulkan (mass power)
akan menyebabkan tuan tanah dan kaum borjuis tidak dapat semena-mena
memperlakukan pekerjanya. Kalau jaman sekarang Serikat Islam itu fungsinya sama
seperti serikat pekerja.
Banyak keberhasilan yang dicapai
melalui Serikat Islam ini, terutama dalam hal kesejahteraan buruh. Hingga akhirnya
ada beberapa perusahaan asing yang gulung tikar dikarenakan pekerjanya
meninggalkan pekerjaan dari perusahaan tersebut. Seperti selayak dan
sepantasnya, keberhasilan, dan besarnya Serikat Islam, menyebabkan terjadinya
berbagai konflik Internal. Ada kubu disisi lain tjokroaminoto yang menginginkan
pendekatan komunis yang lebih radikal, dapat diterapkan dalam sistem perjuangan
Serikat Islam. Akan tetapi Tjokroaminoto tidak menginginkan hal tersebut.
Orang di sisi lain Tjokroaminoto
bernama Semaoen, Semaoen adalah salah satu murid Tjokroaminoto yang tidak
mensetujui pendekatan Tjokroaminoto yang konvensional, dan “oldstyle” . Soemaoen sendiri merupakan
anak kos yang tinggal di rumah Tjokroaminoto.
Hal yang mengejudkan adalah
Serikat Islam pecah menjadi dua kubu, yaitu kubu Tjokroaminoto dan kubu
Semaoen, kemudian semaoen membentuk partai baru dengan Musso yang kita kenal
sebagai Partai Komunis Indonesia (PKI). Soemaoen inilah tokoh yang dibahas Soe Hok
Gie dalam bukunya “Di Bawah Lentera Merah” buku yang ditulis karena
keprihatinannya terhadap pembantaian orang-orang PKI atas dasar nama Agama. Padahal
PKI berdiri karena didikan Serikat Islam dan memiliki hubungan yang erat.
Dari film tersebut saya akhirnya
juga tahu, kenapa Soekarno sangat terbuka dengan paham komunis, ternyata dia
adalah……………….
Yang jelas harus tonton filmnya,
entah lewat dvd, lewat Internet, terserah…. Dan beberapa temen ISI Yogyakarta terlibat
dalam film tersebut…
Film tjokroaminoto memang
memiliki konten yang berat, sehingga bisa membuat kantuk. Tapi bagi history addict
sangat dianjurkan menonton ini 3x sehari. Karena menyimpan banyak nilai
nasionalis, pancasilais, dan kecintaan kepada Negara.
Kesimpulannya
dari cerita diatas banyak terjadi konflik-konflik di Indonesia yang bahkan
provokatornya tidak tahu asal usul permasalahannya. Yang dia tahu, pokok’e kae
sesat, pokok’e kae batil, pokok’e kae kafir, pokok’e jogged. Kita tidak
mar’ifat dulu dengan komunis. Seolah-olah kita sudah pintar dan tidak perlu
belajar lagi. Oleh karena itu semoga tulisan ini dapat menjadi
sebuah gambaran, yang mendamaikan antar keragaman pemikiran rakyat Indonesia,
sehingga pemikiran-pemikiran brilian entah dari kubu Islam, komunis,
Nasionalis, dapat terealisasikan, untuk Indonesia yang lebih baik.
Ttd
Alexander waskito
Komentar
Posting Komentar